Bagaimana anak muda Gen-Z (generasi Z) memaknai budaya Indonesia saat ini? Mewakili Pikiran Random, saya mendapat kesempatan emas untuk ikut menyimak acara IG Live Bincang Mimdan #5 bersama Merajut Indonesia (@merajut_indonesia) dan Lil’ Li Latisha (@lilli_queenb). Mewakili Gen-Z saat ini, Lil’Li membagikan pengalamannya mencoba menjajaki berbagai bidang yang menarik minatnya.
Bagaimana menyikapi Budaya Indonesia yang sudah mengalami percampuran – atau yang bisa juga disebut dengan Budaya Remixed? Lil’Li mengawali karir aktingnya sebagai salah satu teman-teman Sherina Munaf dalam film “Petualangan Sherina” garapan Miles Production. Aktris muda yang pernah bermain dalam film “Kulari ke Pantai” bersama Marsha Timothy membagi pengalaman serunya dalam acara IG Live Bincang Mimdan #5 yang diadakan pada 30 Maret 2022, pukul 19:30 – 20:30.
Pemenang Global Winner Rise for The World 2021 ini kemudian lebih banyak menggeluti akting di panggung teater, termasuk bermain dalam musikal “Hairspray”. Saat pandemi Covid-19 terjadi di tahun 2020, barulah Lil’Li mulai menggeluti dunia content creating.
“Aku tumbuh dari keluarga keturunan Indonesian-Chinese dan udah terekspos oleh berbagai budaya lain, makanya akulturasi budaya udah bagian dari kehidupanku sehari-hari,” aku Lil’Li yang ternyata masih di SMA. Menurutnya, sudah lazim bila anak-anak Gen-Z terekspos oleh berbagai budaya di dunia, tidak hanya di Indonesia. Makanya, jangan heran bila banyak yang berbicara dengan bahasa campur-campur alias gado-gado. Contoh: istilah ‘bahasa anak Jaksel’, yaitu campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris.
Pernah Dikira Sombong Gara-gara Sering Ngomong Bahasa Inggris Daripada Bahasa Indonesia
Sebagai anak muda yang sangat mencintai seni, ekspresif, dan senang bereksplorasi, Lil’Li. Mulai dari menyanyi, menari, berakting, menulis, hingga menjadi pembuat konten digital. Selain film “Kulari ke Pantai” yang rilis pada 2018, Lil’Li juga pernah muncul dalam “Keanu Sumawinata Talks” pada 2020 kemarin.
Namun, siapa sangka Lil’Li pernah dikira sombong, hanya gara-gara sering ngomong Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia. Bahkan, tuduhan bahwa dirinya tidak suka Bahasa Indonesia dan merasa terlalu keren untuk menggunakan Bahasa tersebut sempat membuatnya bingung dan down. Memangnya kenapa? Kebetulan saja, Lil’Li tumbuh dengan banyak mendengarkan lagu-lagu Barat. Sama sekali tidak ada niat untuk pamer maupun terlihat lebih tinggi atau keren daripada Bahasa Indonesia.
Untunglah, akhirnya Lil’Li berusaha tetap positive thinking dan terus melakukan semua hal yang disukainya. Tentu saja selama hal-hal tersebut berdampak positif, baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Misalnya: menari membuat badannya lebih lentur dan sehat, sementara bergelut di bidang seni membuatnya bebas berekspresi dan terus merasa percaya diri. Apalagi, isu kesehatan mental, terutama bagi para remaja, merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Bayangkan, apa rasanya bila kamu terus-terusan merasa tertekan karena dilarang berekspresi sebagai diri sendiri?
“Mau nggak mau, aku tuh, hidup dengan dikelilingi oleh beragam budaya dari lahir,” ujarnya saat diwawancarai dalam acara bersama PANDI. “Ya, aku sebagai orang Indonesia, ya aku dari keluarga keturunan China, sampai aku sebagai anak Gen-Z yang udah terbiasa dengan globalisasi dan era digital. Justru dengan semakin banyaknya jenis budaya, kita anak Gen-Z jadi lebih menghargai perbedaan budaya dan nggak merasa salah satu budaya lebih tinggi daripada yang lain.”
Terus Berkarya, Sekaligus Mempersiapkan Masa Depan Akademis
Sebagai seorang content creator, tentu saja Lil’Li merasa masih harus banyak belajar. Sudah risiko bila ada orang yang suka maupun tidak suka dengan karyanya. Pokoknya, bagi Lil’Li, yang penting terus mencoba dan belajar, terutama dari kesalahan. Jadikan kesalahan sebagai ajang belajar untuk berkarya lebih baik lagi nantinya.
Untunglah, Lil’Li mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya sendiri, meskipun keluarganya bukanlah keluarga berlatar belakang artis. Selain itu, Lil’Li tetap memperhatikan kegiatan akademisnya. Sebagai anak yang beruntung mendapatkan banyak akses, baik pendidikan maupun karir seni di usia muda, Lil’Li juga berharap agar semakin banyak anak muda lainnya yang juga punya equal access agar dapat mencapai mimpi-mimpi mereka. Sebagai perwakilan Gen-Z Indonesia yang terekspos beragam budaya, mengusung Budaya Remixed bukanlah sesuatu yang salah. Bukan berarti budaya Indonesia terlupakan begitu saja.