Bayangin ini: kamu baru saja memulai minggu kerja, dan rasa cemas sudah datang menghantui sejak Minggu sore. Tempat kerja yang awalnya terdengar menjanjikan malah jadi tempat di mana harapan hidupmu pelan-pelan terkikis.
Yap, selamat datang di realita banyak pekerja yang terjebak dalam budaya kerja toksik! Tapi, ada satu hal menarik yang mulai berubah: banyak anak muda sekarang lebih berani bilang, “Enough is enough!”
Apa Itu Budaya Kerja Toksik?
Oke, sebelum kita masuk lebih dalam, mari kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan budaya kerja toksik. Coba bayangin kantor yang selalu bikin kamu overthinking, bos yang mood-nya kayak cuaca Jakarta, atau ekspektasi kerja yang nggak manusiawi.
Dalam bahasa sehari-hari, red flags ini muncul dalam berbagai bentuk: dari bos yang ghosting soal proyek penting, hingga rekan kerja yang cuma bantu saat ada atasan di sekitar. Budaya kerja toksik bisa bikin kamu merasa nggak aman secara mental dan fisik, dan nggak jarang berakhir dengan burnout yang serius.
Baca juga: 4 Cara Menghadapi Teman yang Toxic Banget
Menurut Harvard Business Review, tanda-tanda lingkungan kerja yang nggak sehat meliputi kurangnya rasa hormat, etika kerja yang nggak adil, kebijakan perusahaan yang nggak jelas, dan manajemen yang manipulatif. Dan, percaya atau nggak, dampak budaya toksik ini bisa bikin performa kerja turun drastis.
Kenapa Anak Muda Sekarang Lebih Berani Berontak?
Mereka tumbuh di era di mana kesehatan mental mulai dianggap serius. Orang muda ini nggak cuma fokus soal gaji dan status, tapi juga lingkungan kerja yang mendukung mereka secara emosional. Banyak dari mereka lebih memilih kerja freelance atau mencari perusahaan yang menjunjung tinggi well-being karyawannya. Kenapa?
Karena mereka tahu bahwa tanpa kesehatan mental yang baik, karier apa pun nggak akan terasa worth it.
Faktor lain yang mempengaruhi keberanian ini adalah pandemi COVID-19, yang membuka mata banyak orang soal pentingnya keseimbangan hidup. Generasi ini juga melek media sosial dan nggak segan-segan membicarakan masalah di tempat kerja secara terbuka. Lihat aja fenomena quiet quitting yang sempat viral—itu bukti kalau mereka tahu kapan harus berhenti ngasih lebih dari apa yang layak mereka terima.
5 Tanda Kamu Terjebak di Tempat Kerja Toksik
Kamu mungkin mulai mikir, “Apakah tempat kerja gue toksik?” Nah, berikut adalah beberapa tanda yang sering bikin orang merasa terjebak:
1. Kamu Selalu Cemas Tiap Minggu Malam
Rasanya seperti countdown menuju kiamat kecil setiap Minggu malam. Kalau Senin bikin kamu anxious setiap minggu, itu red flag besar. Eh, ingat ya, Minggu malam – bukan malam Minggu, kalau malam Minggu, cemasnya mah beda.
2. Kritik Nggak Pernah Konstruktif
Atasanmu lebih suka mempermalukan daripada memberikan feedback yang membangun. Alih-alih merasa berkembang, kamu malah merasa tertekan dan nggak dihargai.
Baca juga: 3 Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memberi Kritik
3. Batasan Pribadi Diabaikan
Pernah dipanggil meeting di luar jam kerja? Atau dituntut buat bales email jam 10 malam? Budaya kerja yang nggak menghormati work-life balance adalah tanda toksik yang jelas.
4. Rekan Kerja yang Cuma Peduli Sama Diri Sendiri
Kerja tim jadi susah karena kolega lebih sibuk cari muka atau menjatuhkan orang lain demi kepentingan sendiri. Sibuk melakukan politik kantor yang ujungnya malah gak nyaman kerja bareng.
5. Manajemen yang Manipulatif
Kamu merasa dipermainkan oleh janji-janji palsu. Misalnya, dijanjikan kenaikan gaji atau promosi, tapi akhirnya cuma jadi wacana belaka. Ibaratnya kalau dalam pacaran ya di php mulu…
Baca juga: Surat Untuk Mantan Terindah – Jangan Galau Bacanya Ya
Cara Keluar dari Situasi Tempat Kerja Toxic
Oke, kalau kamu udah ngeh bahwa tempat kerja kamu beneran toksik, apa yang bisa kamu lakukan? Berikut beberapa tips buat yang ingin menghindari atau keluar dari lingkungan kerja beracun:
1. Jangan Takut Bicara
Kalau memungkinkan, ajukan keluhan ke HR atau atasan yang lebih tinggi. Tapi, pastikan kamu punya bukti dan alasan yang kuat. Kamu bisa mulai dengan curhat dulu ke orang HRD yang kamu kenal dekat.
2. Jaga Kesehatan Mentalmu
Carilah support system, baik itu dari teman kerja, keluarga, atau bahkan terapis. Jangan biarkan stres dan kecemasan menguasai hidupmu.
3. Pertimbangkan Pilihan Karier Lain
Kadang, cara terbaik untuk lepas dari budaya kerja toksik adalah dengan mencari lingkungan yang lebih sehat. Jangan ragu untuk melamar pekerjaan baru yang lebih menghargai kamu. Ini salah satu cara paling tepat jika memang kamu gak bisa ngubah apa-apa di kantor.
4. Gunakan Media Sosial dengan Bijak
Banyak orang berbagi pengalaman mereka di media sosial, dan itu bisa jadi alat yang kuat untuk mengedukasi orang lain soal toxic work culture. Tapi, tetap bijak dalam membagikan informasi ya!
Bagaimana Perusahaan Bisa Berubah?
Kalau perusahaan ingin menarik talenta muda, mereka harus beradaptasi. Budaya kerja yang sehat adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar bonus. Perusahaan yang transparan, punya etika kerja yang adil, dan memperhatikan kesejahteraan karyawannya akan lebih dihormati.
Menurut survei dari Glassdoor, 65% orang mempertimbangkan budaya perusahaan sebelum melamar dan lebih mengutamakan budaya daripada gaji. Mereka yang lebih sadar akan pentingnya well-being nggak takut berhenti jika merasa nggak dihargai.